Kamis, 26 Juni 2008

Kolostrum, Kaya Zat Imun

Selain sarat gizi, zat yang hanya diproduksi di awal kelahiran ini kaya akan zat imun. Sungguh sayang jika bayi Anda tidak meminumnya.Kolostrum, atau kadang disebut juga susu jolong, adalah ASI yang keluar sejak hari pertama Anda melahirkan sampai hari ketujuh (bisa juga sampai heari ke-10). Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi, tergantung dari isapan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak rangsangan yang diterima tubuh ibu untuk memproduksi kolostrum.Sarat gizi dan mudah cernaBila jumlah kolostrum di hari-hari pertama masih sedikit, Anda tidak perlu khawatir itu tidak mencukupi kebutuhan bayi. Karena, kolostrum mengandung zat-zat gizi berkadar tinggi. Beberapa penelitian telah membuktikan komposisi gizi kolostrum berbeda dengan ASI yang dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI matur), yaitu:* Mengandung kadar protein dari dua kali lebih tinggi dibanding ASI matur. Hal ini antara lain karena dalam kolostrum terdapat beberapa jenis asam amino yang tidak terdapat dalam ASI matur.* Kadar lemak dan kadar gula lebih rendah dari ASI matur. Asal tahu saja, kadar gula yang rendah ini diperlukan untuk mengimbangi tingginya gula darah pada bayi baru lahir.* Kaya akan vitamin (misalnya, vitamin A, B6, B12, C, D dan K), dan mineral (seperti, zat besi, dan kalsium).Selain sarat gizi, cairan bening kekuningan ini juga mengandung enzim pencernaan yang belum dihasilkan secara sempurna oleh usus bayi baru lahir. Enzim-enzim tersebut antara lain lipase (mengurai lemak), amilase (mengurai karbohidrat), dan protease (mengurai protein). Jadi, walaupun fungsi organ pencernaan bayi belum sempurna, tapi masuknya enzim-enzim pencernaan tersebut akan membantu bayi mencerna zat-zat gizi dalam kolostrum yang diisapnya.Manfaat penting lain kolostrum adalah membentuk semacam lapisan yang dapat menutup “lubang-lubang” dalam dinding usus bayi baru lahir. Dengan demikian, kuman penyakit dan alergen (zat yang memicu timbulnya alergi) tidak dapat masuk ke dalam tubuh bayi.Selain itu, kolostrum juga berperan sebagai ‘obat pencahar’ yang memudahkan perjalanan kotoran pertama yang berwarna hitam kehijauan. Kotoran yang disebut mekonium ini diperlukan untuk membantu pencernaan bayi, agar siap mengonsumsi ASI.Membantu kekebalan tubuhBayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Nah, kolostrum dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare. Hal ini antara lain karena kolostrum, yang telah diproduksi sejak akhir masa kehamilan ini, kaya akan zat imun (zat kekebalan tubuh), seperti:* Immunoglobulin (Ig) , terutama IgA. Kadar IgA yang tinggi mampu melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.* Laktoferin , sejenis protein yang mengikat zat besi (Fe). Pengikatan ini akan mengurangi populasi bakteri merugikan yang butuh Fe dalam saluran pencernaan.* Lisosim , suatu enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang merugikan. Zat ini terdapat dalam jumlah 300 kali lebih banyak pada ASI daripada susu sapi. Enzim ini antara lain aktif mengatasi bakteri E. coli dan Salmonella .* Sel darah putih (leukosit) , selama 2 minggu pertama ASI mengandung lebih dari 4000 leukosit per mililiter. Sel-sel ini menghasilkan antibodi terhadap infeksi pernapasan dan saluran pencernaan bayi, serta antibodi untuk jaringan payudara ibu. Sel-sel ini juga memproduksi IgA, laktoferin, lisosim dan interferon (yang dapat menghambat aktivitas virus).* Faktor bifidus , yakni sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, dan dapat menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus . Bakteri baik ini menjaga keasaman flora usus bayi, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.Jelas sudah, tidak ada alasan untuk tidak memberikan kolostrum segera dan sesering mungkin pada bayi baru lahir. Dengan mendapatkan kolostrum dan ASI, si kecil bisa mendapatkan tambahan “perlindungan” sampai ia mampu membentuk sistem kekebalan tubuhnya sendiri pada usia sekitar 3 bulan.Itu sebabnya, pemberian kolostrum dan ASI amat penting bagi bayi, terutama bayi yang sakit dan bayi prematur. Dengan jarang sakit, pertumbuhan dan perkembangan mereka jelas lebih baik.
Sumber : Ayahbunda-online.com
Dewi Handajani
Konsultasi ilmiah: Prof. dr. Rulina Suradi, Sp.A(K), IBCLC, Divisi Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar