Imam Al-Ghazali mengibaratkan gerakan dan bacaan
dalam shalat itu seperti jasad, sedangkan khusyu’ dan thuma’ninah adalah
ruhnya. Masih banyak para mushallin yang ‘berjasad’ baik, bahkan sempurna tanpa
cacat, namun tak memiliki ‘ruh’. Akhirnya, shalatnya hanya sebatas ritual,
bukan sumber spiritual.
Mencermati berbagai permasalahan seputar gerakan
shalat. Ada banyak ilmu yang perlu digali lebih dalam agar tidak terjadi
kesalahpahaman antar pihak. Banyak ulama yang saling membenarkan pendapatnya,
padahal belum tentu apa yang dia putuskan memang benar. Akan lebih baik jika
kita bersama mempelajari secara lebih mendetail tentang
keutamaan thuma’ninah dalam shalat.
Thuma’ninah adalah
diam beberapa saat setelah tenangnya anggota-anggota badan, para Ulama memberi
batasan minimal dengan lama waktu yang diperlukan ketika membaca tasbih.
Dalam surat al- Maa’uun ayat 4-5 Allah berfirman,
“Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dari salatnya.”
Diriwayatkan, tafsir dari ayat di atas adalah orang
yang mengerjakan shalat secepat kilat, tanpa menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulullah Saw masuk ke dalam masjid
dan seseorang mengikutinya. Orang itu mengerjakan shalat kemudian menemui Nabi
Saw dan mengucapkan salam. Nabi Saw membalas salamnya dan berkata,
“Kembalilah dan shalatlah karena kau belum shalat”. Orang mengerjakan shalat
dengan cara sebelumnya, kemudian menemui dan mengucapkan salam kepada Nabi Saw.
Beliau pun kembali berkata, “Kembalilah dan shalatlah karena kau belum shalat”.
Hal itu terjadi tiga kali. Orang itu berkata, “Demi Dia yang
mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan shalat dengan
cara yang lebih baik selain cara ini. Ajarilah aku bagaimana cara shalat”. Nabi
Saw bersabda, “Ketika kau berdiri untuk shalat, ucapkan takbir lalu bacalah
(surah) dari Al-Qur’an kemudian rukuklah hingga kau merasa tenang (thuma’ninah). Kemudian angkatlah kepalamu dan
berdiri lurus, lalu sujudlah
hingga kau merasa tenang selama sujudmu, kemudian duduklah dengan tenang, dan kerjakanlah hal yang sama dalam
setiap shalatmu“. (H.R Al-Bukhari).
Di antara gerakan dalam shalat, berikan waktu
sejenak (tinggalkan aktifitas jasmani/ jasad) agar ada kesempatan ruhNya dapat mi’raj,
bertemu dan terhubung (wushul) kepada Allah.
Dalam hadits di atas ketenangan atau thuma’ninah
terdapat pada tiap-tiap gerakan shalat yaitu dalam berdirinya, dalam ruku-nya
dalam I’tidalnya, dalam sujudnya, dalam duduk di antara dua sujud dan dalam
tahyatnya, sesuai dengan perkataan Rasulullah: tsumaf'al dzalika fii sholatika kullaha (kemudian
kerjakanlah hal itu di dalam seluruh shalatmu).
Lamanya Gerakan Shalat
Gerakan shalat yang lama bukan dikarenakan kita
lupa atau bacaan shalat, atau lupa gerakan shalat berikutnya.
Gerakan shalat seperti ini biasanya sama dengan
yang dilakukan Rasulullah biasanya, yaitu denganthuma’ninah.
Dari Bukhari dan Muslim meriwayatkan seberapa lama
Nabi SAW melakukan thuma’ninah.
"Sesungguhnya Anas pernah berkata: “Sungguh aku tidak kuasa Shalat dengan
kamu sebagaimana aku pernah melihat Rasulullah SAW. Shalat dengan kami, yaitu
apabila mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau berdiri tegak dan diam sehingga
orang-orang menduga bahwa beliau lupa, dan apabila mengangkat kepalanya dari
sujud, beliau diam sampai orang-orang menduga bahwa beliau lupa. (HR. Bukhari
dan Muslim).
Bacaan Shalat Tidak
Menentukan Lamanya Suatu Gerakan
Banyak orang mengira bahwa panjangnya satu gerakan
shalat sesuai dengan lamanya membaca doa ketika shalat, padahal Rasulullah
mengajarkan: “Adalah bagi Rasulullah SAW. dua kali terdiam tidak menyebut
apa-apa yaitu terdiam ketika membuka Shalat (Iftitah) dan terdiam ketika
selesai membaca Al Fatihah”.
Jadi jika kita selesai membaca bacaan shalat tidak
harus tergesa-gesa melanjutkan gerakan, tapi boleh terdiam untuk menyempurnakan
thuma’ninah kita. Bergerak setelah tenang terlebih dahulu.
Namun, di balik hal umum yang kita ketahui mengenai
shalat sendiri, ternyata Allah swt menyematkan kandungan yang luar biasa di
balik syariat gerakan-gerakan shalat itu sendiri. Berikut rahasia di
balik gerakan shalat jika dilakukan dengan khusyu’ dan thuma’ninah.
1. TAKBIRATUL IHRAM
Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening
(limfa) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan
darah mengalir lancar ke s! eluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot
bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua
tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian
atas.
2. RUKUK
Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi
tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf.
Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh
bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot
bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah
gangguan prostat.
3. I’TIDAL
Itidal adalah variasi postur setelah rukuk dan
sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan
yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan
pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
4. SUJUD
Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan
ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.
Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah
mencukupi kapasitasnya di otak. Gerakan sujud dalam shalat tergolong unik.
Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih
rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi(ilmu
mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof .
Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih
untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di
atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya,
otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya.
Dengan kata lain, sujud yang thuma’ninah dan
kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard
University , AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak
dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset
pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Postur ini juga menghindarkan
gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat
luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
5. DUDUK (Di antara 2 Sujud, dan Duduk Tahiyat
awal/akhir)
Saat iftirosy,
kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi
ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya
tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat
baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar
kelamin pria (prostata) dan saluran vas
deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah
impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarruk menyebabkan
seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan
tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak
kita.
6. SALAM
Relaksasi otot sekitar leher dan kepala
menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan
menjaga kekencangan kulit wajah. Beribadah secara khusyu’ dan thuma’ninah bukan
saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dan dalam.
Subhanallah. Betapa besar kuasa Allah yang selalu memberikan
yang terbaik untuk umatnya. Lalu, sudah sepantasnyalah kita melakukan yang
terbaik untuk-Nya. Dengan cara, melakukan shalat dengan khusyu’ dan thuma’ninah. Selain menambah iman, keyakinan, dan ketaqwaan
kita, jasmani kita pun akan merasakan manfaat penuh berkah.
sumber : www.muzakki.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar